Sudahkah kita bersyukur hari ini? |
Pengertian Syukur
Arti syukur secara bahasa
adalah terimakasih. Kata syukur berasal dari bahasa Arab syakara yang
artinya membuka. Dalam Islam, syukur adalah ungkapan rasa terima kasih dan
pengakuan atas segala nikmat yang telah diberikan Allah. Syukur juga dapat
diartikan sebagai kesediaan untuk membuka mata hati dan mengakui semua nikmat
dan karunia yang diberikan Allah.
Dalam ajaran Islam, syukur dapat
diwujudkan dengan: Memuji Allah atas nikmat, Mengakui dalam hati, Memuji
dengan lisan, Memanfaatkan nikmat untuk beribadah dan bukan untuk bermaksiat. Kita
diperintahkan oleh Allah untuk bersyukur sebagaimana disebutkan dalam ayat
berikut. Allah Ta’ala berfirman:
وَلَقَدْ آَتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan
hikmah kepada Lukman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang
bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri;
dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi
Maha Terpuji.” (QS. Luqman: 12)
Bersyukur dengan yang Sedikit
Setiap saat kita telah mendapatkan
nikmat yang banyak dari Allah, namun kadang ini terus merasa kurang, merasa
sedikit nikmat yang Allah beri. Allah beri kesehatan yang jika dibayar amatlah
mahal. Allah beri umur panjang, yang kalau dibeli dengan seluruh harta kita pun
tak akan sanggup membayarnya. Namun demikianlah diri ini hanya menggap harta
saja sebagai nikmat, harta saja yang dianggap sebagai rizki. Padahal kesehatan,
umur panjang, lebih dari itu adalah keimanan, semua adalah nikmat dari Allah
yang luar biasa.
Dari An Nu’man bin Basyir, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ
“Barang siapa yang tidak mensyukuri
yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak.”
(HR. Ahmad, 4/278).
Hadits ini sangat tepat dimasa sekarang. Contoh: kita mendapatkan nikmat berupa uang Rp 50.000,-, saat kita hanya fokus pada nikmat yang ada pada diri sendiri maka, kita akan mensyukurinya. Beberapa meniit kemudian kita tahu teman kita mendapatkan uang Rp100.000,- maka uang yang kita miliki akan terasa sedikit dan secara tidak langsung kita menjadi hasad pada teman kita. “Kenapa temanku mendapat lebih banyak dariku? Kenapa aku mendapat segini?”.begitulah kira-kira perasaan kita.
Baca: Cara mengatasi masa sulit dalam hidup
Al-Munawi rahimahullah berkata, “Syukur itu ada dua tahapan: Pertama adalah bersyukur dengan lisan yaitu memuji pada yang memberikan nikmat. Sedangkan terakhir adalah bersyukur dengan semua anggota badan, yaitu membalas nikmat dengan yang pantas. Orang yang banyak bersyukur (asy-syakuur) adalah yang mencurahkan usahanya dalam menunaikan rasa syukur dengan hati, lisan, dan anggota badan dalam bentuk meyakini dan mengakui.” (Mawsu’ah Nadhrah An-Na’im, 6:2393).
Bagaimana mungkin seseorang dapat
mensyukuri izki yang sedikit atau yang banyak? Sadar akan nikmat tersebut saja
mungkin tidak terbetik dalam hati. Naudzubiah!
Nikmat yang Sering Dilalaikan
Di antara sekian banyak nikmat yang
telah Allah berikan, ada 2 nikmat yang manusia lalai darinya. Nikmat tersebut
adalah kesehatan dan waktu luang. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Dua nikmat, kebanyakan manusia
tertipu dengan keduanya, yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Al-Bukhari)
Berikut 2 nikmat yang sering membuat manusia lalai:
1. Kesehatan
Banyak manusia yang sehat, namun tertipu
dengan kesehatannya. Ia tak gunakan kesehatannya untuk taat, namun untuk
maksiat. Sementara di luar sana ada sebagian orang yang ingin melakukan
ketaatan, namun tak mampu melakukannya dikarenakan sakit yang di derita.
Padahal badan yang sehat akan
ditanyakan, digunakan untuk apa. Apakah digunakan tuk mendatangi majelis ilmu
ataukah mendatangi tempat-tempat maksiat. Barulah ia tersadar ketika terbaring
lemah tak berdaya karena sakit, sehingga sesal pun tak terelakkan.
Sungguh, kesehatan merupakan
kenikmatan yang diakui setiap orang. Nikmat ini sangat agung nilainya. Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyebutkan dengan sabdanya :
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ مُعَافًى فِي جَسَدِهِ آمِنًا فِي سِرْبِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا
Barangsiapa di antara kamu
masuk pada waktu pagi dalam keadaan sehat badannya, aman pada keluarganya, dia
memiliki makanan pokoknya pada hari itu, maka seolah-olah seluruh dunia dikumpulkan
untuknya. (HR. Ibnu Majah)
2. Waktu Luang
Kalau kita mau merenungkan dan
menghitung nikmat-nikmat Allah Ta’ala, siapa pun manusia di dunia tentu tidak
akan mampu menghitungnya. Allah Ta’ala berfirman,
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
“Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, niscaya kalian tidak
mampu untuk menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat
mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim: 34).
Waktu luang adalah di antara
nikmat yang banyak dilalaikan dan disia-siakan. Padahal, setiap nikmat yang
telah Allah Ta’ala berikan kepada kita, kelak akan ditanyakan pada hari kiamat.
Allah Ta’ala berfirman,
ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ
“Kemudian kamu pasti akan ditanya
tentang kenikmatan (yang kamu bermegah-megahan di dunia itu).” (QS.
At-Takaatsur: 8)
Rasulullah shallallah
‘alaihi wa sallam pernah menasehati seseorang,
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
“Manfaatkanlah lima perkara
sebelum lima perkara: (1) Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu; (2) Waktu
sehatmu sebelum datang waktu sakitmu; (3) Masa kayamu sebelum datang masa
kefakiranmu; (4) Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu; (5) Hidupmu sebelum
datang matimu.” (HR. An-Nasa’i)
Di antara metode dan kiat
terbesar bagi kita agar dapat memanfaatkan waktu dengan baik adalah dengan
meninggalkan segala aktivitas yang sia-sia. Diriwayatkan dari dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam, beliau bersabda,
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ
“Di antara kebaikan Islam
seseorang adalah dia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat.” (HR.
Tirmidzi no. 2317)
Betapa sering kita melewatkan
waktu hanya untuk aktivitas yang sia-sia. Diantaranya dengan menghabiskan waktu
malam hanya untuk “ngobrol” yang tidak ada manfaatnya. Sehingga akibatnya, kita
tidur larut malam sehingga terlambat bangun subuh.
Semoga Allah
selalu menjaga kita dalam ketaatan. Aamiin Yaa Rabb!
Referensi:
https://muslim.or.id/46629-nikmat-waktu-luang-untuk-apa.html
https://almanhaj.or.id/14163-nikmat-sehat-dan-waktu-luang-2.html
https://muslimah.or.id/7233-2-nikmat-yang-banyak-dilalaikan.html
https://rumaysho.com/1975-bersyukur-dengan-yang-sedikit.html
0 Komentar