Kajian parenting bersama Ustadz Musyaffa' Ad Dariny. (source: arrahmah.id) |
Arti Mendidik Anak
Secara bahasaMendidik anak
berarti usaha untuk membantu anak mencapai kedewasaan, baik secara jasmani
maupun rohani. Mendidik juga dapat diartikan sebagai upaya pembinaan
pribadi, sikap mental, dan akhlak anak. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), mendidik berarti memelihara dan memberikan latihan (ajaran,
tuntunan, pimpinan) soal akhlak dan kecerdasan.
· Secara Islam
Mendidik anak
dalam Islam berarti menanamkan budi pekerti dan akhlak yang baik, serta
memberikan pengetahuan kepada anak. Dalam Islam, mendidik anak juga
berarti membentuk insan al-kamil.
Dalam Islam,
mendidik anak adalah kewajiban dan tugas mulia yang harus dijalankan oleh orang
tua. Anak merupakan amanah dari Allah ﷻ,
sehingga orang tua bertanggung jawab untuk memastikan anak tumbuh dan
berkembang dengan baik
Tujuan Mendidik Anak
Mendidik anak
memiliki tujuan untuk membentuk pribadi anak yang shalih dan shalihah,
mendekatkan diri kepada Allah ﷻ
dalam rangka menggapai ridha-Nya. Anak yang memiliki keimanan kuat perlu
dipersiapkan sejak dini mengingat persoalan hidup yang akan dihadapi begitu
berat. Tujuan mendidik anak adalah untuk membentuk pribadi anak yang baik,
cerdas, dan memiliki karakter yang kuat. Berikut beberapa tujuan mendidik
anak secara umum:
- Membentuk karakter yang baik: Mendidik anak sejak dini dapat membantu membentuk kepribadian anak secara positif. Anak akan terlatih untuk bersosialisasi dan mengatasi masalah dengan baik.
- Meningkatkan semangat belajar: Anak-anak di masa dini memiliki rasa keingintahuan yang tinggi. Mendidik anak dapat membantu mereka mengenal dunia dengan lebih baik.
- Membangun aqidah yang lurus: Anak harus dibentuk sebagai pribadi yang memiliki kekuatan secara iman, fisik, mental, keterampilan, ekonomi, dan sebagainya.
- Mengajarkan adab dan akhlak: Ajarkan anak untuk menghormati dan menghargai orang lain. Ajak anak untuk mencintai sesama dengan saling memberi dan tolong menolong.
- Mendidik anak disiplin: Mendidik anak disiplin sejak dini dapat membuat anak berpikir lebih aktif, menghargai waktu, dan bertanggung jawab.
Prinsip Dasar Mendidik Anak
Mendidik anak
adalah tanggung jawab penuh bagi orang tua. Walaupun kita sudah memilihkan sekolah
yang baik dengan biaya yang cukup mahal, sebagai orang tua kita tetap wajib
ikut serta dalam proses mendidik anak. Kita tidak bisa begitu saja menyerahkan
tangung jawab pendidikan anak kita kepada lembaga tertentu dengan dalih bahwa
kita sudah mengeluarkan biaya untuk itu.
Dalam mendidik
anak hendaklah kita menggunakan prinsip-prinsip dasar sesuai Al-Quran dan Sunnah.
Berikut beberapa prinsip dasar dalam mendidik anak:
1. Mendidik anak agar terlepas dari neraka
Dalam Al Quran
surat At Tahrim ayat 6, Allah ﷻ
berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟
أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ
وَٱلْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ
شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ ٱللَّهَ
مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Artinya: “Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Dalam surat tersebut
dijelaskan bahwa kita harus memelihara diri sendiri dan keluarga dari api
neraka. Ini berarti bahwa tujuan utama kita mendidik anak adalah untuk menghindarkan
diri dari api neraka.
2. Tanamkan aqidah yang lurus sejak dini
Aqidah adalah
pondasi utama bagi anak untuk menjalani hidupnya kelak. Sebagaimana Allah ﷻ berfirman dalam QS. Luqman ayat
13:
وَإِذْ قَالَ لُقْمَٰنُ
لِٱبْنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَىَّ
لَا تُشْرِكْ بِٱللَّهِ
ۖ إِنَّ ٱلشِّرْكَ
لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman
berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai
anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan
(Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
Dalam ayat tersebut,
Luqman menasihati anak-anaknya agar tidak berbuat syirik kepada Allah ﷻ. Sampaikan juga pada anak kita
bahwa dia selalu diawasi oleh Allah ﷻ.
Jika dia berbuat dzalim, Allah ﷻ
tidak meridhoinya. Dan saat dia berbuat dosa, Allah ﷻ bisa menghukumnya. Tanamkan bahwa dimanapun dia
berada, Allah ﷻ selalu
mengawasinya dan mengetahui perbuatannya.
3.
Membiasakan
anak untuk shalat
Shalat merupakan tiang agama, jika seseorang
melalaikannya niscaya agama ini tidak bisa tegak pada dirinya. Shalat ini
pulalah yang pertama kali akan dihisab oleh Allah ﷻ di akhirat. Untuk itulah, hendaknya orang tua dengan tiada bosan
senantiasa memberikan contoh dengan shalat di awal waktu dengan berjama’ah di
masjid, mengajaknya, serta menanyakan kepada anak apakah dia telah menunaikan
shalatnya ataukah belum.
Allah ﷻ
berfirman dalam QS. Thaha, ayat
132:
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْـَٔلُكَ رِزْقًا ۖ نَّحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَٱلْعَٰقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ
Artinya: Dan perintahkanlah kepada
keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami
tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat
(yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.
4. Dekatkan anak pada Al Quran dan sunnah nabi ﷺ
Kenalkan anak pada Al Quran sedini
mungkin. Biasakan anak mendengar lantunan ayat-ayat Al Quran. Agar saat
mendengar Alquran, sang anak merasa memiliki keterkaitan dengannya.
Kenalkan juga sunnah kepadanya sejak dini.
Karena hanya dengan Al Quran dan sunnah, anak kita mampu terhindar dari
penyimpangan perilaku dan aqidah dalam menjalani hidup. Sebagaimana dalam hadits
Rasulullah ﷺ:
“Aku telah tinggalkan kepada kamu dua
perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab
Allah dan Sunnah Rasul-Nya.” (HR. Malik; Al-Hakim, Al-Baihaqi, Ibnu Nashr,
Ibnu Hazm).
5. Menanamkan akhlak yang mulia pada Allah ﷻ
Jaman sekarang, sebagian orang tua lebih
berbangga jika anaknya meraih prestasi dunia daripada akhirat. Mereka seolah
mentolerir, tidak mengapa akhlak kurang baik asalkan pintar dan berhasil dalam
urusan dunia. Hal ini justru salah besar.
Dalam hidup, hal pertama yang diperhatikan
dalam bermuamalah adalah akhlak yang baik. Kenapa? Karena akhlak yang baik dapat
memberi manfaat pada banyak orang. Contoh: misalnya kita memiliki 2 orang teman.
Si A adalah orang yang sangat pandai dan jenius, namun berakhlak buruk. Sedangkan
si B, dia tidak begitu pandai, namun memiliki akhlak dan adab yang baik. Jika kita
menjadi salah satu temannya, mana yang kira-kira kita pilih? Si A atau si B?
Pada dasarnya sifat manusia itu semua sama,
ingin diperlakukan baik oleh orang lain. Maka dari itu, kitapun harus mendidik
anak kita untuk memiliki akhlak yang baik. Contohkan perilaku tersebut kepada
anak kita. Berilah dia penjelasan jika dia tidak ingin diperlakukan buruk oleh
orang lain, maka jangan memperlakukan orang lain dengan buruk.
6.
Berikan
pujian dan hadiah
Jangan menjadi orang tua yang pelit pujian
dan hadiah kepada anak. Sebagai orang tua, kita harus sering mengapresiasi
anak-anak kita jika mereka telah melakukan sesuatu yang baik. Afirmasi positif
dan pujian sangat membantu meningkatkan kepercayaan diri anak kita.
Sesekali berilah anak kita hadiah. Tidak perlu
mewah, ajak saja dia ke minimarket dekat rumah untuk membeli beberapa makanan
ringan. Jelaskan dengan gamblang bahwa makanan ringan yang dia dapatkan ini
adalah hasil kerja kerasnya.
Contoh: Abi bangga karena seminggu ini kakak
sudah bisa shalat subuh sendiri tanpa harus Abi bangunin. Nah, Alhamdulillah
hari ini Allah kasih Abi rejeki. Jadi, Abi bisa beliin es krim buat kakak. Ini hadiah
dari Abi karena kakak sudah hebat minggu ini.
7.
Menjadikan
anak nyaman dengan orang tua
Jujur, ini adalah hal yang paling sulit. Rata-rata,
anak merasa tidak nyaman berbagi rahasia dengan orang tua. Kenapa? Karena kita
menghukumnya saat anak mengakui kesalahannya. Melatih kejujuran anak adalah hal
yang cukup sulit. Kita harus mampu bersabar dan menahan amarah jika kejujuran
yang kita dapati sangat jauh dari harapan kita.
Saat anak berkata jujur, jangan pernah memarahinya.
Contoh: kita melihat uang kita berkurang, lalu kita menghampiri anak kita dan
berkata “Umma ngga marah kok, kalau adek jujur”. Saat anak kita mengatakan yang
sebenarnya, jangan sampai kita tidak konsekuen dengan kata-kata yang telah kita
ucapkan. Walaupun, kejujuran yang dia katakan sangat menyakitkan. Tetapah sabar
dan jadilah pemaaf untuk anak kita. Buktikan padanya bahwa kita (sebagai orang
tua) adalah orang yang dapat dipercaya.
8.
Memilih
lingkungan yang baik untuk anak
Rasulullah ﷺ bersabda:
اَلرَّجُلُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
Artinya: “Seseorang bergantung pada agama
temannya. Maka hendaknya ia melihat dengan siapa dia berteman.” (Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Abu Dawud
(no. 4833), at-Tirmidzi (no. 2378), Ahmad (II/303, 334) dan al-Hakim (IV/171),
dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu).
Apalagi kita mengetahui bahwa sesuatu yang
jelek akan mudah sekali mempengaruhi hal-hal yang baik, namun tidak sebaliknya,
terlebih dalam pergaulan muda-mudi seperti sekarang ini yang cenderung
melanggar batas-batas etika seorang muslim. Mereka saling berkhalwat
(berdua-duaan antara lawan jenis), sehingga bisikan syaitan mudah sekali
menjerumuskan dirinya ke jurang kenistaan.
9.
Mendidik
anak dengan kasih sayang
Jadilah orang tua yang berlisan lembut pada
anak. Jadilah orang tua yang tidak mudah marah, membentak, dan menghardik
anak-anaknya. Sudah selayaknya sebagai orang tua, kita menjadi contoh dan
panutan anak-anak kita. Bagaimana mungkin lisan anak kita lembut jika orang
tuanya suka membentak? Bagaimana mungkin akhlak anak kita baik jika orang
tuanya berperiangai kasar?
Al-Bukhari dalam kitab Shahihnya no. 6475
dan Muslim dalam kitab Shahihnya no. 74 meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah
bahwa Rasulullah bersabda.
وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
Artinya: “Barangsiapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir maka hendaknya dia berkata yang baik atau diam.”
Dalam hadits tersebut ada keutamaan untuk
menjaga lisan. Jadi, sudah sepatutnya kita bertutur kata yang baik kepada siapapun.
Terkhusus pada darah daging kita. Walaupun kita dalam keadaan marah, usahakan
lisan kita mengucapkan kata-kata yang baik. Karena seperti kita tahu, kata-kata
adalah doa.
10. Mendoakan
anak
Semua prinsip di atas tidak lepas dari satu,
yaitu doa. Sebagai orang tua, selayaknya kita harus sesering mungkin mendoakan
anak-anak kita. Doakanlah dengan doa-doa yang dicontohkan oleh nabi. Atau kita
bisa mengambil beberapa potongan doa dari ayat Al Quran yang shahih.
Sebagai contoh, dalam Q.S. Furqan ayat 74:
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Artinya: “Ya Rabb kami, anugerahkanlah
kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan
jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa.”
Selain itu ada doa nabi Ibrahim Alaihissalam
yang diabadikan dalam Alquran:
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
Artinya: “Wahai Rabbku, jadikanlah aku dan
anak cucuku orang yang tetap melaksanakan shalat. Wahai Rabb kami, kabulkanlah
doa kami. Wahai Rabb kami ampunilah aku dan kedua ibu bapakku dan semua orang
yang beriman pada hari diadakan perhitungan (amalan).”
Kesimpulan
Itulah beberapa prinsip pokok dasar dalam mendidik
anak. Tak lupa, sebagai orang tua kita harus terus berbenah menjadi lebih baik
dan lebih taat kepada Allah. Selalu doakan diri kita, pasanagn, dan anak-anak
kita berada dijalan yang lurus. Jalan yang di ridhoi oleh Allah. Semoga Allah
mudahkan segala urusan kita. Aamin.
0 Komentar