Rutin Scaling tanpa Merinding

 

Ruang Praktek Dokter Gigi. (source: SATU Dental)

Dokter Gigi, apa yang kalian bayangkan saat mendengar kata itu? Horor? Ngilu? Sakit? Makhluk bermasker dengan alat menakutkan di kedua tangannya? Jika jawaban kalian “iya”, selamat, kita sama! Hehehe.

Tempat paling ku hindari dalam hidup adalah klinik dokter gigi. Kenapa? Ya, seperti yang aku sebutkan tadi di awal. Dokter gigi bagiku adalah momok yang sungguh menakutkan. Kok, bisa? Cerita hororku dengan dokter gigi berawal saat usiaku sekitar 7 tahun.

 

Awal Mula Ketakutanku Pada Dokter Gigi

Periksa gigi. (source: pexels)

Pagi itu, selepas pulang sekolah di tahun 1993, aku bersama ibuku datang ke Puskesmas di salah satu Kota Kudus. Pada tahun itu, Puskesmas menjadi tempat andalan kami untuk berobat. Jarang sekali ditemui klinik pribadi yang dibuka oleh dokter umum, dokter spesialis, ataupun dokter gigi. Kudus adalah Kabupaten kecil yang terletak di sebelah utara Semarang, berjarak tempuh sekitar 2 jam pada masa itu.

Beberapa hari sebelumnya, aku mengeluh kepada ibuku jika gigi seri bawahku goyang. Benar saja, ternyata gigi baruku sudah tumbuh di belakang gigi susu. Sebenarnya gigiku ini sudah cukup banyak koyaknya, bahkan posisinya juga sudah miring. Jika ingin dicabut sendiripun bisa. Namun, ibuku bersikukuh mengajakku ke dokter gigi di Puskesmas.

Aku duduk mengantri di depan ruang dokter gigi sementara ibuku menaruh kartu antrian di ruang pendaftaran. Jangan bayangkan Puskesmas ini berukuran luas, puskesmas ini cukup mungil berbentuk kotak dengan beberapa kursi kayu panjang di bagian tengah untuk pasien menunggu. Ke empat sisinya dikelilingi oleh ruangan yang saling berdekatan. Ada ruang pendaftaran, dokter umum, dokter gigi, dokter kandungan, dan pengambilan obat.

Aku duduk di bangku panjang yang menghadap ke satu ruangan dengan pintu kayu coklat yang tertutup rapat. Di depan pintu tersebut terdapat papan kayu bertuliskan “Dokter Gigi”. Aku yang saat itu masih berusia sekitar 7 tahun sama sekali tidak merasakan takut, hingga aku mendengar bunyi “NGGIIIIKKK!” kemudian diiringi teriakan, “Aaargghh!” dari salah satu pasien di dalam ruangan. Panik? Sudah pasti!

 

Cabut Gigi Pertamaku

Peralatan dokter gigi. (source: pexels)

Aku memasuki ruangan bertegel hitam dengan kursi aneh di tengah. Ruangan itu dikelilingi banyak sekali alat menakutkan berwarna abu-abu. Aku melihat sosok bermasker biru dan berkacamata di hadapanku, “Halo, siapa namanya?”, sapanya yang ternyata adalah seorang perempuan. “Duduk sini, jangan takut, ya!”, sambungnya.

Aku maju mendekati kursi sambil mengawasi beberapa alat yang dipegangnya. Ternyata nyaman juga duduk di kursi ini, punggung dan kakiku terasa rileks. “Buka mulutnya! Aaa”, perintahnya. Akupun mengikuti dan membuka mulutku lebar-lebar. “Oh, giginya goyang, ya?” tanyanya lagi, aku mengangguk untuk mengiyakan.

Dokter itu mengambil beberapa kapas bulat, kemudian menyuruhku membuka mulut kembali sambil meletakkan kapas ke gigiku. Wah, dingin dan nyaman sekali rasanya. Beberapa detik kemudian, “krek!” 1 gigi seri bawahku tercabut dengan mudah tanpa rasa sakit sama sekali. Lalu, aku mendengar ibuku berkata “atasnya sekalian ya, Dok, sudah goyang soalnya.”. Kapas dingin kembali menempel digusiku. Kali ini cukup lama, kemudian “Kreeek!!”.

Mendadak mataku gelap, aku merasa ada di dunia lain, huhuhu. Masih teringat sampai sekarang rasa tang gigi dokter mengoyak gigi atasku. Mungkin karena akar gigi atasku masih kuat sehingga sedikit susah di cabut. “Errghh”, aku sempat mengerang saat gigiku tak kunjung tercabut.

Ngilu tak tertahankan kurasakan saat keluar dari ruang dokter gigi. Dalam hati aku bergumam “aku ngga mau ke dokter gigi lagi!”. Darah mengucur lumayan banyak dari gusiku hingga aku menggigit beberapa kapas bulat untuk menghentikannya. Bahkan, seragam putih merahku sempat terkena tetesan darah.

 

Kembali ke Dokter Gigi di Usia Dewasa


Ilustrasi: masalah gigi. (source: pexels)


Puluhan tahun berlalu, hidupku damai tanpa pernah berkunjung ke dokter gigi. Hingga pada tahun 2013, aku memutuskan untuk menggunakan kawat gigi. Ya, ketakutanku pada dokter gigi saat kecil berimbas pada kesehatan gigiku saat dewasa. Setelah melakukan proses rontgen, akhirnya dokter memutuskan untuk memasang kawat gigi.

Kali ini aku tidak datang ke Puskesmas seperti masa kecil dulu. Sekarang, sudah ada beberapa klinik gigi yang buka dengan peralatan yang mumpuni. Perawatan dengan kawat gigi terbilang cukup lama. Aku memerlukan waktu sekitar 2 tahun sebelum benar-benar melepasnya.

Rutin kontrol gigi sebulan sekali membuat ketakutanku pada dokter gigi sedikit terobati. Rasa ngilu dan sakit saat dicabut gigi tak lagi kurasakan. Namun, aku masih merasa ngilu dengan salah satu treartment di dokter gigi. Apa itu? Scaling gigi.

Scaling gigi adalah prosedur pembersihan gigi yang dilakukan oleh dokter gigi untuk menghilangkan plak, karang gigi, dan noda pada gigi. Scaling gigi penting dilakukan secara teratur untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut, serta mencegah penyakit gusi. 

Terbayang kan, ngilunya saat alat ini mengenai sela gigi dan gusi? Suara yang ditimbulkan dari alat scaling juga cukup menggangguku. Jujur, aku selalu menutup telinga rapat-rapat saat proses scaling berlangsung. Kenapa? Ya, karena aku sangat tidak tahan dengan suara yang ditimbulkan, seperti garpu yang digesekkan ke piring berulang-ulang. “NGIIIKK!!!”

 

Scaling tanpa Merinding di SATU Dental Klinik


Cabang SATU Dental di salah satu Kota


Scaling adalah salah satu perawatan gigi dan mulut yang tujuan utamanya membersihkan karang gigi. Peralatan yang biasa dipakai adalah hands instruments scaler atau manual scaler, dan ultrasonic scaler. Manual scaler mempunyai beberapa jenis yang bentuknya disesuaikan dengan anatomi gigi dan letak kalkulus.

Secara umum, manfaat scaling gigi berfungsi untuk; menghilangkan noda pada gigi, mencegah berbagai penyakit mulut dan gigi, mencegah gigi berlubang, menghindari bau mulut. Sejak tahun 2022, aku rutin melakukan scaling gigi untuk membersihkan karang gigi. Aku adalah pecinta kopi yang bisa dipastikan meminum kopi setiap harinya minimal satu gelas. Terkadang, aku juga suka mengkonsumsi teh. Minuman berwarna seperti kopi dan teh bisa mempengaruhi warna gigi dan menyebabkan penumpukan karang gigi.

Penyuka kopi sepertiku sebaiknya rutin melakukan scaling agar karang gigi tidak menumpuk terlalu banyak. Selain itu, scaling juga bisa menjaga warna gigi agar tidak menguning. Aku biasa melakukan scaling gigi setiap 6 bulan sekali, tergantung seberapa sering aku mengkonsumsi minuman berwarna, hehehe.

Di Klinik SATU Dental, Dokter akan membersihkan karang gigi dengan menggunakan scaler. Untuk membersihkan daerah yang sulit dijangkau, dokter akan menggunakan instrumen lain agar pembersihan lebih efektif. Mengapa harus di Klinik SATU Dental? Memiliki 48 cabang di Jakarta dan Surabaya serta 350 lebih dokter gigi dan spesialis yang siap melayani kalian, SATU Dental adalah klinik profesional yang nyaman untuk konsultasi dan melakukan perawatan gigi.


Salah Satu Ruangan untuk Anak-anak


Tim dokter gigi SATU Dental berpengalaman dan berkualifikasi tinggi dalam melakukan scaling gigi atau pembersihan karang gigi. Dengan fasilitas dan teknologi canggih memastikan pengalaman scaling yang tidak sakit bagi pasien. Scaling gigi biasanya tidak menimbulkan rasa sakit jika dilakukan oleh dokter gigi yang berpengalaman. Namun, beberapa orang mungkin merasakan sedikit ketidaknyamanan atau sensitivitas, terutama jika ada penumpukan tartar yang signifikan atau gusi yang sensitif. Dokter gigi dapat memberikan anestesi lokal jika diperlukan untuk memastikan kenyamanan selama prosedur.

Suara mengganggu dan rasa ngilu saat proses scaling tidak lagi membuat merinding. Jadi, kalian bisa rutin scaling untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut. Klinik SATU dental ini tidak hanya ada di Jakarta, loh! Jadi, saat jadwal treatment gigi kalian tiba namun kalian berada di luar kota, kalian tak perlu risau, karena SATU Dental juga buka di kota Depok, Tangerang, Bekasi, Bogor, dan Surabaya.

Tidak hanya klinik yang berkualitas, SATU Dental saat ini juga memiliki inovasi baru dalam layanan dokter gigi. Layanan ini dinamakan Dentour, kamu juga bisa konsultasi dan curhat apapun tentang masalah gigi melalui Dentour. Dengan Dentour, kamu bisa mengatasi semua kecemasanmu saat akan melakukan perawatan gigi. Dentour juga akan mengadakan event di Trans Studio Mall Cibubur tanggal 25-27 Oktober 2024. Event selanjutnya akan diadakan di Summarecon Mall Bekasi pada tanggal 7-10 November 2024. Lalu, di tanggal 18-24 November 2024 akan diadakan di Senayan City. Jangan lupa catat tanggalnya atau klik link di bawah untuk detail event Dentour. Nikmati acaranya dan manfaatkan konsultasi gratisnya!

Info Lengkap Event Dentour Klik Di Sini

Inovasi Dentour dari Klinik SATU Dental


Posting Komentar

0 Komentar